Monday, 12 October 2009

Kalimat standar untuk korban







“pasti ada hikmah dibalik ujian ini,sabar ya”

Kalimat yang pasti terlontar jika berhadapan dengan korban, atau yang sedang berduka karena alasan apapun.

Haruskah kita mencari hikmah? Atau hikmah selalu muncul dibalik ujian tanpa dicari? Saya tidak mencari-cari hikmah, tapi setiap waktu yang bergulir setelah getaran hebat itu ada beberapa hal yang terlintas di otak, lalu dipikirkan dan akhirnya rasa syukur tak terhingga memenuhi pe”rasa”an.

Getaran kuat itu membuat saya semakin sadar bahwa tidak ada yang bisa dijadikan pegangan dan tempat bersandar yang kokoh di bumi ini untuk membuat kita kuat dan bertahan dalam posisi stabil selain Dia,yang Maha Pemberi Kekuatan.

Getaran hebat itu membuat listrik padam beberapa hari, dan air bersih tidak mengalir di beberapa kawasan. Lalu hikmahnya? BANYAK!! Buat saya yang pasti. Tidak ada air PAM berarti harus nimba air di sumur, yang pasti bukan milik pribadi. Ini membuat saya sadar bahwa saya sudah meng”isolasi” diri cukup lama. Kehidupan yang dimulai dari pukul 7 pagi dan berakhir pukul 5 sore membuat saya hanya sempat bertukar senyum dengan sesama, sesekali jika berpapasan. Pelajaran menimba air mengajarkan bagaimana memulai obrolan ringan walau pun tidak penting, ya boleh di bilang, basabasi. Menunjukkan bahwa mushola di belakang rumah yang bertetangga dengan pemakaman ternyata tidak begitu menyeramkan untuk dilewati berkali-kali.

Hikmah lainnya saat tidak ada listrik untuk membuat tv menyala,tidak ada loper yang mengantar koran, dan tidak ada speedy untuk menghubungkan saya dengan dunia membuat saya sadar, hidup tanpa informasi kadang lebih nyaman. Lihat saja di metro, tv one dan channel lain yang tidak pernah berhenti menanyangkan gambar-gambar penderitaan yang sama berulang-ulang…..Apa ada yang tahan?? Apa mempermudah recovery korban yang menyaksikan langsung ambruknya bangunan saat kejadian? Bahkan bunyi saluang pun kini membuat saya tidak nyaman karena dijadikan backsound gambar-gambar penderitaan 30 september lalu.

Dan getaran itupun membuat saya sadar, bahwa saya bisa sangat mengkhawatirkan papa (entah untuk keberapa kalinya)-keberadaan beliau yang baru dapat diketahui setelah pukul 7 malam membuat kami memikirkan gempa beberapa tahun lalu yang menewaskan direktur perusahan dalam ruang kerjanya. Papa tidak hanya mewariskan guratan wajahnya, sangat saya sadari nyaris 70% sifat papa dititipkan ke saya,like father like daughter. Rasanya tidak perlu di sebutkan karakter apa saja yang menyamakan kami. Bukan kah jika 2 batu selalu bergesakan akan muncul percikan api?

Bukan hanya hikmah untuk saya saja yang terpikir. Tapi untuk kita semua.

  1. adakah semua kontraktor, ahli-ahli bangunan, dan pemilik modal kembali mengoreksi diri setelah ini?

Mengutip dari seorang pakar di koran nasional. ”Bukan gempa yang mematikan kita. Jangan pernah salahkan takdir dan geografis negara yang memang rawan bencana”.Adalah kita, aktor yang berperan dalam membangun sebuah gedung yang menciptakan korban. Saya bukan orang yang memiliki ilmu banguan, sebagai orang awam hanya menyarankan untuk membangun gedung dengan standar yang telah ada, dengan protap yang seharusnya.

Bukankah keajaiban yang di miliki Tuhan akan ada buat kita setelah usaha yang maksimal?

  1. adakah penebang hutan, masyarakat semua mau mengoreksi diri juga?

Gempa tidak hanya berdampak pada bangunan rapuh, tapi juga pegunungan yang memiliki ikatan tanah longgar. Kebiasaan mengambil kayu tanpa reboisasi membuat ikatan tanah longgar dan sangat gampang ambruk dengan getaran, selain gempa juga berdampak likuifikasi pada tanah. Membangun rumah di perbukitan pun menambah beban tanah perbukitan sehingga saat gempa sangat rentan bablas. Saya juga bukan geolog yang paham akan tanah dan struktur bumi. Ini hanya sebutir ilmu yang saya punya.

Adakah kita, the indonasian, peduli dengan negara yang berdiri diatas 3 lempengan bumi ini? Kapankah kita sadar bahwa kita harus selalu waspada dan berdamai dengan pergerakkan lempeng bumi?

Dan saya hanya berharap, megatrusht mengeluarkan energinya secara perlahan dan sedikit demi sedikit walau memiliki konsekuensi akan seringnya getaran kecil yang kita rasakan.

Tidak ada tempat berlindung kecuali kepada Mu, Ya Rabb...

No comments: