Tuesday, 21 September 2010

KKN part 2

Kegiatan KKN PPM yang diadakan oleh Universitas Andalas selama 52 hari di daerah pedalaman salah satunya Kabupaten Pasaman, Kecamatan Tigo Nagari, Kenagarian Binjai, Jorong Padang Kubu mengajarkan banyak hal kepada mahasiswa untuk menghadapi dunia diluar kampus.
Selama 52 hari saya mendapat banyak pengalaman. Mulai dari hari pertama,sebagai mahasiswa yang tidak di bidang keagamaan kami harus menjadi guru mengaji TPA sesaat setelah sampai di jorong tersebut. Dan pernah sekali satu diantara kami diminta untuk membaca doa pembuka pada suatu acara dadakan. Dan saat bulan puasa pun kami pernah diminta untuk memberikan ceramah. Hal ini membuat saya merasa harus memiliki banyak ilmu tentang agama.
Dan kehidupan jorong kami yang masih minim MCK bersih, sehingga kami pun harus terbiasa untuk menggunakan MCK alam yang hanya ditutupi terpal yang ditompang oleh empat kayu. Selain itu, walaupun daerah ini sudah di jangkau oleh PAM SIMAS tapi kualitas air masih kurang bersih. Khusus di tempat kami menginap akses komunikasi sangat sulit, sehingga untuk berkomunikasi dengan teman senagari pun kami harus berada di daerah yang akses komunikasinya baik, seperti di kawasan lapangan bola ataupun di depan rumah kepala jorong dan hanya di satu posisi saja.
Sebagai mahasiswa kedokteran banyak hal tentang kesehatan yang saya dapatkan. Suatu kali saya menemani bidan desa membantu ibu yang baru melahirkan. Saat itu si ibu bercerita bahwa ASI sangat kurang dari biasanya, dan beliau memberikan nasi lunak kepada anak yang berusia 2 hari. Dan walaupun bidan desa menjelaskan kepada si ibu bahwa hal itu tida baik, tapi tetap saja si ibu berkilah bahwa 4 anaknya yang lain juga diperlakukan seperti itu dan tidak ada masalah. Disini saya merasa bahwa tidak mudah merubah mind set masyarakat terutama jika taraf pendidikannya masih rendah. Daerah ini pun masih memiliki dukun beranak yang di sebut bidan kampong. Saya sangat bersyukur saat mendengar cerita bidan mengenai adanya hubungan baik antara bidan desa dan bidan kampung.
Masyarakat desa memperlakukan kami dengan sangat baik, bahkan dalam pemikiran mereka, kami adalah orang yang bisa dan tahu segala hal. Terutama dokter, sebagai mahasiwa klinik yang baru memasuki dunia koas saya masih belum memiliki hak untuk melakukan tindakan invasive apapun kepada pasien jika tanpa supervisor. Suatu kali saat anak pak jorong baru lahir, saya diminta untuk menindik telinganya. Dan saya pun harus menjelaskan batasan kompetensi seorang mahasiswa kedokteran. Disini saya juga bertemu dengan mentari (petugas kesehatan), beliau masih mempunya pemikiran bahwa obat yang paling ampuh adalah suntikan. Dari cerita beliau mengenai dunia kesehatan zaman dahulu dimana semua petugas kesehatan walaupun tidak mendapat predikat dokter dapat melakukan tindakan setaraf dokter. Dimana hal itu tidak dapat lagi berlaku saat ini, dengan adanya UU kedokteran dan praktek kedokteran.
Saat melakukan kegiatan TPA, saya menemukan sebuah fakta yang sangat ironis. Walaupun siswa TPA dapat baca tulis iqra dan alquran serta hapal juz amma tapi konsep rukun islam masih kurang. Terlihat dengan banyak nya dari mereka yang masih jarang sholat wajib. Dan suatu kali pernah ada nenek yang ingin belajar cara sholat dengan kami.
Kegiatan lain juga kami lakukan di sekolah dasar. Di Jorong ini ada dua SD yang jaraknya sangat berjauhan. Satu kali kami pernah menempuh SD yang sangat jauh dengan berjalan kaki. Disini masih adanya ketimpangan kualitas diantara dua SD ini. Satu SD yang lebih dekat dengan jalan raya lebih maju, terlihat dengan adanya pustaka dan UKS serta beberapa program kesehatan lain. Tapi konsidi pustaka yang sangat penuh dengan buku-buku berkualitas tidak didukung dengan kondisi perpustakaan, pustaka yang digabung dengan gudang selain itu administrasi pustaka pun masih tidak jalan, sehingga buku-buku masih tersusun dalam kondisi masih ditutupi plastik. Dan pustaka pun belum dapat dipinjamkan kepada siswa.
Tingkat kebersihan diri siswapun sangat kurang. Dari dua SD yang kami beri penyuluhan. Didapatkan banyaknya anak-anak yang tidak menjaga kebersihan kuku, masih tidak bersihnya pakaian yang dipakai, banyak kelainan kulit, dan ada satu siswa yang mengalami infeksi pada telinga.
Salah satu perlakuan yang tidak pernah kami dapatkan dilingkungan rumah masing masing adalah, kami selalu disapa oleh warga saat berpapasan dijalan. Walaupun kami belum saling mengenal. Bahkan keakraban dengan anak-anak kecil yang kebanyakan murid TPA pun sangat cepat terjalin.
Semua pembelajaran dalam kehidupan bermasyarakat ini sangat bermanfaat untuk kami karena ilmu ini tidak pernah kami dapatkan dalam ruangan kuliah.

No comments: