Sunday, 23 June 2013
Hurt
Its still hurt even we have prepared for the worst. Ini tentang sebuah perjalanan sunyi diabetes,yang menjadi gangren sehingga mejadi amputasi dan berakhir dengan sepsis. Saya sudah lulus bagian interne, saya tahu bagaimana patofisiologi DM membawa maut. Saya tahu GCS 4 adalah pertanda buruk. Saya sudah mengatakan semuanya kepada mereka, saya sudah meminta yang terbaik untuk dia, tapi luka itu masih bersisa sampe hari ke 12. Tentang kepergian sosok ayah yang besar kuat dimata anak cucunya. Buat saya beliau adalah lelaki ke tiga setelah papa dan dua adik laki-laki saya. Ada sentuhan tangan beliau dalam karakter kepribadian saya. Beliau mengambil andil membesarkan saya bersama ibu. Beliau yang begitu bahagia saat saya wisuda, yang bersikeras pergi walau berjalan dengan stepping gait. Belaiu tetap adir di sumpah dokter saya dengan kursi roda nya setelah amputasi. Beliau yang selalu menanyakan apa saya membawa kerupuk ubi sawahlunto. Beliau yang membuat saya begitu lemah saat tidak bisa membuat beliau patuh dengan dietnya. Dan terkadang saya harus membohongi beliau bahwa saya sudah membuat kan 1 sachet coffee mix padahal saya hanya membuat 1 sendok takar dengan air secangkir. Menakar makanan yang beliau pesan. Selamat jalan Ayah, maaf karena tidak sempat mengajak mu pergi ke jerman,maaf jika totalitas sebagai dokter tidak engkau rasakan dari aku. Semoga segala amal mu diterima Allah SWT dan dosa mu di ampuniNya. Hnya doa yang bisa kami berikan padamu.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
Amiin
Post a Comment