Thursday, 15 November 2012

I see, I hear, I learn...


Paradigma lain tentang Internship buat saya adalah a Bridge to go to real work life’s. Internship membuat saya sadar bahwa cepat puas membuat stagnansi pengetahuan dan wawasan. Yang akan berlanjut kepada stagnansi kemajuan professionalitas. Saya tidak mengecilkan sebuah jabatan PNS, dimata idelasme saya, kebanyakan role model PNS yang saya temui berupa replica manusia tanpa ambisi kemajuan untuk bangsa, seolah mereka bekerja sekedar “ceklok” belaka disaat datang dan pulang. Bahwa sebuah aturan terlalu banyak pemakluman dan profesionalitas hanya untuk pajangan dalam penilaian.
Dimulai dengan datang terlambat, dan pulang lebih awal dan izin ditengah jam kerja untuk urusan rumah tangga. Berlanjut dengan menggisi jam kerja dengan games computer, ngobrol berlama-lama, membaca Koran dan majalah, maupun menonton telivisi di ruang kerja. Yang semua berujung dengan “kemandulan”.
Semua hal yang saya temui disini membuat saya berniat BESAR demi idealisme, bahwa menjadi PROFESIONALISME itu harus continuity, bahwa fleksibilitas aturan itu hanya dilakukan untuk sebuah kemajuan, ambillah contoh dengan peraturan adanya sebuah porto (sebuah pertemuan ilmiah bagi kami), klo boleh jujur buat saya PORTO bukan hanya sekedar membahas pasien yang kita terima di IGD, lalu di follow up dan kemudian di ACC oleh dokter pembimbing, buat saya PORTO adalah golden hours buat refresh knowledge dan menambah wawasan. Buat saya pembahasan porto tidak harus baku seperti yang saya gambarkan diatas. Yang paling penting tujuan dari PORTO tersebut, coba bandingkan: pembahasan kasus porto yang hanya sekedar kulit luar dan terbatas kasus yang hanya itu-itu saja tanpa ada new knowledge ditambah dengan banyak nya syarat untuk sebuah kasus. Dibandingkan dengan share ilmu dari symposium, seminar dan pelatihan yang sudah diikuti oleh perwakilan RS ataupun journal reading yang akan menambah ilmu baru. Lebih bermakna yang mana?
Semalam saya juga belajar menghargai mahasiswa klinik yang bersedia mencuci set hecting setelah saya menjahit, jujur saya hanya belajar berkata: TERIMAKASIH. Semuanya mengingatkan saya bahwa, saya pernah diposisi mereka, saya ingat betul bagaimana terhina nya seorang calon dokter disuruh menjahit tapi harus mencuci setnya sendiri disebuah rumah sakit tipe B. diluar bahwa belajar harus bayar mahal (mau hecting harus cuci set sendiri). Mereka memang bukan calon dokter tapi bagi saya, mereka tetap harus dihargai, toh saya yang menjahit mereka hanya assisten. Lagi saya bejar MENGHARGAI.
Apa sebuah jasa harus melulu dibayar cash dengan duit? Klo iya berarti kami dokter Internship yang belum mendapat Bantuan Dasar Hidup boleh mogok melayani masyarakat? Klo semua money oriented, hal itu bisa terjadi, Toh sudah nyaris 3 bulan melayani di RS ini, BHD kami belum masuk rekening sepersen pun. Rasanya saya ingin bertanya sebatas apa TUGAS POKOK dokter Internship? Apa boleh melebihi dokter ber SK dan berGaji pokok?? …akan berlanjut

1 comment:

difa said...

Nice Article... :) tulisan kamu selalu menarik dibaca...
selalu ada diction dimana aku tidak berhenti membaca, sampai akhir tulisan :)