Banyak cerita kehidupan yang
ingin saya tuliskan tetapi terlewati waktu.
Saat ini saya sudah dua
bulan resmi menjadi mama temporary full at home. Hehe, iya saya masih ingin
beraktifitas diluar rumah , entah itu bekerja atau kembali sekolah, nanti
diwaktu yang tepat. Dua bulan sudah saya memangku jabatan itu, sesuai dengan
usia anak kami,Rudy.
Mei 2015 kami menikah,dengan
persiapan yang di support penuh oleh keluarga. Karena kami bekerja di Jakarta
dan acara akan berlangsung di Padang, sehingga support keluarga melebihi dari
kami. Bahkan saya merasa tidak mempersiapkan diri. Mepet perawatan sebelum
nikah ( H-2), baralek ga pakai hiasan tangan (inai di kuku ataupun hena di
punggung tangan). Ya sudah, Alhamdulillah acara berjalan lancar.
Honeymoon? Tidak, sehari
setelah acara selesai kami segera kembali bekerja, rencana honeymoon pun tidak
kami bahas,nanti, nanti pasti ada waktunya. Kami sama sama kembali ke Jakarta,
suami pulang kerumah dan saya meneruskan perjalanan dinas ke malang.
Ya mungkin menginap 2 malam
di malang bisa di hitung honeymoon ( kabur 2 hari dari meeting kantor). Dan
waktu pun berjalan. Sampai saya benar-benar menyadari, something different
happened. Alhamdulillah, positif hamil, tidak puas dengan test pack, kami pun
ke dokter obgyn. Lega, bahagia, deg deg an, dan secepat ini kah Allah
mempercayai kami?
Trimester pertama terlewati
bersama sedikit mual dan sesekali muntah. Dengan ketidak sukaan dan kesukaan
diluar kebiasaan. Lalu memasuki trimester kedua saya di uji, Abortus imminens.
Astaghfirullah, tidak pernah terpikir oleh saya, dengan aktifitas pekerjaan
dilapangan dan mengikuti les jerman di malam hari akan berdampak begini. Calon
bayi nya protes sepertinya.
Bed rest total dirumah
adalah hal terberat yang harus saya lakukan. Selain saya tidak punya “si mbok”,
saya terbiasa senang mengusik rumah. Tiga hari..dan akhirnya seminggu , calon
bayi berdamai dengan saya. Alhamdulillah. Waktu terus berjalan, semua persiapan
dilakukan secukupnya. Iya, saya memang sedikit khawatir, dan ya bisa dikatakan
percaya pamali. Hanya untuk jaga-jaga. Pakaian bayi laki2 pun disiapkan,bedong
dan selimut. Kami tidak mempersiapkan kasur khusus, bantal khusus, dll
(berharap di kasih kado saja , hehe).
Masuk trimester ke tiga,
pembicaraan pengasuhan bayi dimulai. Awalnya saya yang kekeuh bahwa, nanti saya
akan resign, lalu menjaga si bayi full 6 bulan,klo anaknya sudah bisa
dibawa-bawa saya mau balik kerja (ngarep). Akhir kontrak pun sudah dekat,
panggilan untuk perpanjangan kontrak pun sudah saya dapatkan. Tetapi, dengan
restu suami dan hati yang tiba-tiba galau, saya pun membalas dengan permohonan
tidak melanjutkan kontrak.
Fenruari 2016, hari pertama
tidak bekerja, saya sudah mulai usil dengan teman2, ada rasa rindu terselip,
kesepian juga. Tapi saya hibur diri sendiri, nanti jika anak ini lahir, tidak
ada waktu yang tersisa seperti saat ini. Seminggu tidak bekerja, dan tiba-tiba
tanda melahirkan datang. Dihari subuh imlek, akhirnya kami ke RS, dan sudah
pembukaan dua. Sejam dua jam. Pembukaan bertambah terus. Dan sakit pun tak
terhingga. Rasanya saya mau mati saja. Semua pembelajaran senam hamil hilang.
Sudah pembukaan delapan. Sakitnya semakin menjadi, si bayi pun belum turun. Ya
Allah, saya pasrah.
Ashar, Alhamdulillah lahir
bayi laki-laki kami. Yang setelah percapakan kecil di bulan bulan lalu akhirnya
suami saya memutuskan memberi nama Khalid Baharrudin May. Ada doa yang kami
selipkan, semoga dia menjadi lelaki yang tangguh dan tawadu’ seperti
panglima Khalid bin walid, dan cendikia seperti bapak bacharuddin jusuf
habibie, dan selalu ingat bahwa dia adalah generasi dari 3 lelaki hebat(
Masrul, Addifa, Yulman), Amiin. Selamat bertumbuh kembang anak kami Rudy
april 2016
No comments:
Post a Comment